“Hilangkanlah
ya ALLAH... Klo mang. jodoh munculkanlah di saat yang tepat engkaulah maha
mengetahui... Aamiin..”
Belumlah hilang rasa sedih ini.
Kemudian aku kembali dikejutkan dengan kalimat di atas. Sebenarnya kalimat itu
lebih dulu ada di timeline twitter-nya, hanya saja aku baru mengetahuinya.
Ternyata sebelum ia secara halus dan secara tidak langsung memintaku untuk
menyerahkan semuanya pada yang Menciptakan, telah ada kalimat itu pada beberapa
jam sebelumnya. Andai dia tahu, selama inipun aku selalu menyerahkan
segala-Nya, kepada Yang Maha Kuasa. Karena aku memanglah hanya seorang hamba
yang lemah. Tak mampu aku menyimpan fitrah untuknya tanpa mengadu kepada
Allaah. Tanpa memohon kepada-Nya. Setiap kali, kala rindu menyergapku semuanya
kuserahkan pada-Nya. Aku memohon dengan ketidakberdayaanku, selepas sholatku
agar Sang Maha Suci berkenan menyampaikan salam rinduku untuknya. Semua aku
serahkan pada-Nya. Seperti yang ia inginkan. Hanya saja, untuk kesekian kalinya
aku katakan. Aku memiliki sebuah keyakinan yang dalam. Akan rasaku ini. Sudahlah..
aku hargai itu, aku tahu karena ia pasti lebih mengetahui. Dan Allaah Maha
Mengetahui.
Berkali-kali kulihat ulang
timeline-nya, meskipun aku tahu bahwa hasilnya akan nihil. Karena kalimat itu
takkan berubah. Seiring waktu sedihku berubah menjadi seperti rasa sakit.
Sempat aku berfikir, tak perlulah ia mengatakannya jika memang ia
menginginkannya. Tapi segera kutepis lagi dengan prasangka positifku. Maafkan
aku. Kembali kutermenung. Mencoba meluaskan fikiranku. Melapangkan hatiku. Kulihat
sisi positifnya. Perlahan sakit itu kian berkurang. Aku tersenyum. Tentulah, ia
menginginkan itu. Siapa yang ingin terjebak dengan rasa yang belum saatnya? Ada
saatnya untuk itu. Memang setiap orang pasti akan merasakannya, termasuk
dirinya. Namun kini aku tahu. Bahwa ia adalah sosok yang hebat. Sosok yang
tho’at kepada Tuhannya yang juga Tuhanku. Allaah Yang Maha Terpuji. Bagaimana
aku bisa begitu egois ? karena seharusnya aku mendukungnya. Aku tak mau untuk
tak berbuat adil kepadanya. Aku harus mendukung keputusannya itu. Itu adalah
salah satu sikap penjagaannya untukku. Aku tak mau citranya ternoda hanya
karena seseorang sepertiku. Bagaimana jika timbul fitnah jika ia tetap menyimpan
rasa itu? Bagaimana jika itu terus mengganggunya? Aku tak mau itu terjadi. Yaa
Allaah.. jikalah memang dirinya menginginkan hal itu, hamba-Mu yang dhoif ini
akan berusaha mendukungnya. Karena aku tak akan berdaya menghalangi ketaatan
seorang hamba-Mu, menyerahkan segala yang ada padanya hanya untuk-Mu yaa Robb…
berilah ia kemuliaan disisi-Mu..
Aku yakin. Allah-ku Maha
Mendengar. Suatu saat, atas kehendak-Nya rasa itu akan muncul kembali disaat
yang tepat. Sebagai hadiah untukku kelak. Yaa, pasti itu akan terjadi. Aku
yakin :)
Sekarang, gapailah mimpi-mimpimu
itu. Lakukanlah dan berikanlah yang terbaik untuk Allaah. Mengabdilah
untuk-Nya. Kelak akan kita dapatkan harapan kita. Aamiin..
Terimakasih dan Maafkan aku..
No comments:
Post a Comment